Mengembangkan Keterampilan Interpersonal

Rangkuman Chapter 2


MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL
Pendekatan Keterampilan Mikro


Keterampilan Interpersonal Dapat Dipelajari
              Pendekatan dengan berhubungan berdasarkan pengalaman terkadang berhasil namun tidak dapat diandalkan dan tidak efektif. Kompetensi interpersonal melibatkan diagnosis atas apa yang sedang terjadi dalam situasi sosial, mengidentifikasi tindakan yang diperlukan untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan, serta menerjemahkan persyaratan ini menjadi kinerja yang efektif.

Sifat Hierarkis Keterampilan Interpersonal
              Menurut Argyle (1994) dan lainnya, keterampilan sosial memiliki struktur hierarki dimana unit yang lebih besar adalah level yang lebih tinggi terdiri dari urutan terintegrasi dan pengelompokan unit level yang lebih rendah.
              Wright dan Taylor (1994) memusatkan perhatian pada 3 level hierarki. Level terendah adalah komponen utama. Pada tingkat ini, orang yang memiliki keterampilan interpersonal memiliki berbagai kemampuan verbal yang dapat digunakan dan dapat memilih yang paling sesuai dengan situasi dan tujuan yang ada. Level selanjutnya adalah struktur. Pada tingkat ini, orang yang memiliki keterampilan interpersonal adalah yang dapat mengatur dan mengintegrasikan komponen-komponen utama ke dalam urutan tujuan yang mengarahkan interaksi menuju tujuan mereka. Level tertinggi adalah pendekatan keseluruhan, atau Honey (1988) menyebutnya ‘gaya’. Pada tingkat ini, orang yang memiliki keterampilan interpersonal yaitu yang mampu mengembangkan pendekatan untuk interaksi yang sesuai dengan tujuan mereka dan dengan kemungkinan reaksi dari orang lain yang terlibat.

Pilihan Berdasarkan Penilaian Kritis
              Model hierarkis menyoroti kemnungkinan mengadopsi berbagai gaya dan perilaku komponen yang berbeda dan memusatkan perhatian pada nilai mengidentifikasi cara-cara berhubungan, dalam situasi tertentu, yang akan berkontribusi pada pencapaian hasil yang diinginkan.

Pendekatan Keterampilan Mikro untuk Mengembangkan Kompetensi Interpersonal
              Kemungkinan memecah keterampilan kompleks menjadi bagian-bagian komponen.

- Accenting/ aksen, istilah yang dipakai untuk menggambarkan satu/dua kata penyajian kembali yang memusatkan perhatian pada apa yang baru dikatakan seseorang
- Following skills/keterampilan mengikuti, perilaku yang membantu satu orang mendorong orang lain untuk berbicara dan membantu orang pertama berkonsenterasi pada apa yang dikatakan pembicara
- Listening skillsI/keterampilan mendengarkan, melibatkan pencarian aktif untuk pemahaman penuh dan akurat tentang makna pesan orang lain
- Helping and negosiating/membantu dan bernegosiasi, gaya seseorang dalam melakukan ini akan tercermin dalam cara berbagai keterampilan mikro yang diurutkan atau disusun

Menurut Hargie (1997), bahaya mengadopsi pendekatan pelatihan mikro untuk mengembangkan keterampilan adalah interaksi sosial akan kehilangan keindahannya dan menjadi artifisial dan kaku.

Menggunakan Pelatihan Keterampilan Mikro untuk Mengembangkan Penguasaan Perilaku
              Menurut Kagan (1973), terdapat 2 tahap utama: pemahaman konseptual dan penguasaan perilaku. Tahap awal melibatkan pengembangan pemahaman konseptual tentang proses interaksi sosial dan sifat hierarkis interpersonal skills. Tahap kedua berkaitan dengan memakai pemahaman konseptual ini sebagai dasar untuk mengembangkan praktik yang terampil.

Pemahaman Konseptual
              Model dan teori memberi kita peta konseptual yang dapat digunakan untuk mengingatkan akan aspek-aspek interaksi sosial yang pantas diperhatikan. Model dan teori interaksi sosial tidak menjamin kinerja yang terampil, namun dapat memfasilitasinya dengan memberitahu cara berperilaku yang lebih efektif.

Mengembangkan Penguasaan Perilaku Melalui Pembelajaran Pengalaman
              Perilaku kita terhadap orang lain tidak terdiri dari tindakan acak, tetapi adalah tujuan, dan dibimbing oleh nilai-nilai, kepercayaan dan sikap, dan asumsi yang kita buat tentang diri sendiri, orang lain dan situasi, dan oleh asumsi yang kita buat tentang semua elemen ini berhubungan satu sama lain.

Memberi Isyarat dan Belajar
              Rutinitas koreksi mengisyaratkan untuk berperilaku dengan cara tertentu yang akan mengarah pada pencapaian hasil yang diinginkan. Namun, umpan balik dapat memicu pembelajaran daripada aktivitas isyarat.

Model Pembelajaran Berdasarkan Pengalaman
              Model yang dikembangkan Lewin menawarkan proses 4 tahap yang dapat digunakan untuk memperbaiki teori subjektif yang memandu interaksi antarpribadi. Kolb (1984) menyoroti 2 aspek penting teori Lewin:

1. Penekanannya pada pengalaman konkret di sini-dan-sekarang memvalidasi dan menguji konsep
abstrak.
2. Pentingnya dikaitkan dengan umpan balik, proses yang menghasilkan informasi yang valid untuk menilai penyimpangan dari tujuan yang dimaksud.

Cunningham (1999) dalam bukunya ‘The Wisdom of Strategic Learning’ mengacu pada nilai yang dapat diperoleh dari menjelajahi sejarah diri sendiri. Merefleksikan pengalaman masa lalu dapat menjadi sumber wawasan yang bermanfaat, misalnya rutinitas koreksi yang mungkin tidak seefektif yang kita yakini.

Sumber :
Hayes, J. (2002). Interpersonal Skills at Work. New York: Routledge

Oleh : Ghaida Azzahra (4519210067)

Comments